Rumah Adat Toraja |
Tongkonan merupakan sesuatu hal yang sangat penting karena kebudayaan Toraja semuanya berpusat pada tongkonan dan merupakan wadah pembinaan bagi setiap rumpun keluarga yang ada di dalamnya.
Dalam ungkapan bahasa Toraja yang sangat mendasar tentang Tongkonan adalah:
Dalam ungkapan bahasa Toraja yang sangat mendasar tentang Tongkonan adalah:
Tongkonan Dipoada' Ada'na
Tongkonan Dipoaluk Alukna
Tongkonan Ditimba Uainna
Tongkonan Dikalette' Tanananna
Tongkonan Direktek Kayunna
Tongkonan Dinai Dadi
Tongkonan Dinai Mate
Tongkonan Den Kombonganna
Tongkonan Den Liangna (Banua tang merambu / Patane)
Tongkonan Den Rantena (Rante adalah tempat menambatkan kerbau ketika mengadakan upacara rambu solo')
Dari semua ungkapan di atas jelas bahwa semua kegiatan adat Toraja dalam keluarga dilaksanakan di Tongkonan. baik kegiatan Rambu Tuka' (upacara adat seperti acara syukuran atau pernikahan) dan Rambu Solo' (upacara adat untuk kematian).
Dari semua ungkapan di atas jelas bahwa semua kegiatan adat Toraja dalam keluarga dilaksanakan di Tongkonan. baik kegiatan Rambu Tuka' (upacara adat seperti acara syukuran atau pernikahan) dan Rambu Solo' (upacara adat untuk kematian).
Semua upacara yang dilaksanakan mengarah kepada Puang Matua. Puang Titanan Tallu Tirindu Patoko Dao Tangnga na Langi.
Puang Matua dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai Tuhan yang empunya kehidupan dari segala apa yang hidup dan yang ada di dunia.
Tongkonan dilambangkan sebagai Ibu dan Alang sura' (Lumbung Padi yang di Ukir) sebagai Bapak.
Lumbung digunakan sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen seperti padi, juga digunakan sebagai tempat menerima tamu adat dan para pemimpin dalam suatu wilayah adat tertentu (To Untue Tokon Lan Tondok) seperti To Parengnge' (orang yang bertanggung jawab terhadap keamanan dan kebaikan desa), Puang Tallu Lembangna (Sangngalla', Makale dan Mengkendek), To Ma'dika Matasak (Pemangku Adat), dan Ambe' sia Indok lan tondok.
Tongkonan dan Lumbung selalu berhadapan namun Longa (atap yang menjulang ke atas menyerupai perahu atau tanduk kerbau) tidak boleh berhadapan lurus atau sejajar. setiap tongkonan yang berdiri, bagian depannya selalu menghadap ke arah utara dan bagian belakangnya menghadap ke arah selatan. oleh sebab itu penempatan Lumbung selalu berada di sebelah utara tongkonan tidak boleh disebelah selatan.
Tongkonan pada mulanya diberikan nama sesuai dengan nilai yang dimiliki oleh To Mangngaru' Tongkonan (Pendiri Tongkonan) di dalam suatu wilayah adat. nilai yang dimiliki berdasarkan kepada keterampilan dan keberhasilan di dalam 4 bidang kehidupan yaitu:
Keagamaan (Ada', Aluk na Pemali) jika diterjemahkan secara bebas kedalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai Adat, Tradisi, dan Aturan Hidup.
Kepemimpinan (Tallu Silolok)
Ekonomi Tallu Lolona dalam hal ini yang dimaksud adalah Lolo Tau (Manusia), Lolo Tananan (Tanaman), dan Lolo Patuoan (Hewan Ternak).
Ada' (budaya Rambu tuka' dan Rambu solo')
keberhasilan Tongkonan dibidang Aluk Puang Dao Langi' menyebabkan tongkonan tersebut disebut sebagai Tongkonan Paseo' Aluk atau Tongkonan Kaindoran dimana tongkonan inilah yang memegang peranan utama dalam kehidupan masyarakat dalam suatu wilayah adat.
semua tongkonan yang ada di dalam suatu wilayah adat difungsikan dan masing-masing memiliki tugas didalam sara' atau upacara adat, yaitu:
Tongkonan Ma'pesung
Tongkonan Ma'kikki
Tongkonan Mantobok
Tongkonan Massere' Bane'
Tongkonan Mangira'
Tongkonan Massanduk, dll. sesuai dengan aluk Todolo yang disebut dengan aluk sanda pitunna. Sekitar abad ke-17 terjadi perubahan jenis tongkonan di dalam setiap lembang atau desa. hal ini disebabkan oleh pengaruh kerajaan bone di sulawesi selatan. pada saat itu terjadi peperangan dan salah satu daerah yang belum ditaklukkan adalah: Padang Lepongan Bulan Tana Matarik Allo. penyerbuan pasukan kerajaan bone ditaklukkan oleh perlawanan ''TO PADATINDO TO MISA' PANGIMPI'' yang muncul dari setiap lepongan tondok. peristiwa ini memberikan semangat juang bagi para To Pada Tindo didalam mempertahankan Padang Lepongan Bulan dengan satu ungkapan; ''Misa' Kada Dipotuo Pantan Kada Dipomate, Sangkutu' Banne Sangbuke Amboran''. jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia kurang lebih memiliki arti seperti semboyan ''bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh''.
Tongkonan Massanduk, dll. sesuai dengan aluk Todolo yang disebut dengan aluk sanda pitunna. Sekitar abad ke-17 terjadi perubahan jenis tongkonan di dalam setiap lembang atau desa. hal ini disebabkan oleh pengaruh kerajaan bone di sulawesi selatan. pada saat itu terjadi peperangan dan salah satu daerah yang belum ditaklukkan adalah: Padang Lepongan Bulan Tana Matarik Allo. penyerbuan pasukan kerajaan bone ditaklukkan oleh perlawanan ''TO PADATINDO TO MISA' PANGIMPI'' yang muncul dari setiap lepongan tondok. peristiwa ini memberikan semangat juang bagi para To Pada Tindo didalam mempertahankan Padang Lepongan Bulan dengan satu ungkapan; ''Misa' Kada Dipotuo Pantan Kada Dipomate, Sangkutu' Banne Sangbuke Amboran''. jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia kurang lebih memiliki arti seperti semboyan ''bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh''.
Keberhasilan To Pada Tindo To Misa' Pangimpi menimbulkan kepemimpinan baru dalam setiap lembang atau desa. masing-masing dari To Pada Tindo kembali membentuk Tongkonan Layuk sebagai ketua dan memilih beberapa tongkonan menjadi pembantu tongkonan-tongkonan tersebut. Tongkonan tersebut dinamakan Tongkonan Kaparengngesan.
Pembentukan Tongkonan Kaparengngesan di setiap desa itu berbeda, hal ini mungkin disebabkan karna dahulu kaparengngesan ditetapkan sebagai keputusan Ambe' Tondok (Pemimpin Desa).
Selanjutnya ada Tongkonan yang karena memiliki keberhasilan ekonomi Tallu Lolona maka tongkonan itu disebut sebagai Tongkonan Pa'buntuan Sugi'. artinya tongkonan tersebut memiliki banyak harta kekayaan seperti Padi, Babi, dan Kerbau dan berfungsi sebagai tongkonan untuk membantu To Parengnge' didalam mengatasi kesulitan ekonomi di dalam desa atau lembang.
Selain Tongkonan Pa'buntuan Sugi' ada juga Tongkonan Kadadian yang artinya dari tongkonan inilah para nenek dilahirkan. Tongkonan Kadadian atau Batu A'riri sebagian juga disebut sebagai Tongkonan Patulak yang berarti Tongkonan tersebut juga ikut membantu Tongkonan Kaparengngesan.
Artikel Lainnya : Minuman Khas Tana Toraja | Penyimpanan Mayat Di Londa | Kuliner Khas Tana Toraja | Jenis Tari-tarian Adat Toraja | Ritual Penguburan Khas Tana Toraja | Adu Kerbau Tradisi Toraja | Kumpulan Ukiran Toraja dan Maknanya | Kerbau Termahal Di Dunia | Upacara Pemakaman Khas Tana Toraja |
Note :
Artikel
Ini Butuh Penyempurnaan, Apabila ada kata atau kalimat yang kurang atau
belum tepat, Mohon saran dari sobat, biar dikemudian hari bisa
diperbaiki kembali. terima kasih telah Berkunjung. Salama'.